Deteksi dan Penentuan Derajat Kanker
Deteksi dan Penentuan Derajat Kanker
Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang.  Kebanyakan kanker
 dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila  perawatan dimulai 
sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan  faktor lingkungan 
yang sebenarnya bisa dihindari. kanker adalah penyakit di mana terdapat 
sekelompok sel yang  menunjukkan  pertumbuhan yang berlebihan, merusak 
jaringan lain, atau  bermetastasis (menyebar)  . Dalam mendiagnosis 
suatu kanker dibutuhkan  usaha untuk mengetahui asal mula  (primary 
site) kanker tersebut dan  sel-sel apa saja yang terlibat. Kanker bisa  
terjadi di mana saja di  seluruh tubuh kecuali di bagian kuku, rambut, 
dan gigi.[1]
PENENTUAN DERAJAT KANKER
Dalam kondisi medis, ada banyak tanda gejala (symptom) yang dapat  
diamati.  Tanda gejala ini dapat diobservasi secara langsung, melalui  
teknologi imaging  atau pemeriksaan laboratorium. Namun ada kalanya  
tanda gejala kanker memiliki
  kemiripan dengan tanda gejala  penyakit-penyakit lain selain kanker. 
Seperti  kehilangan berat atau  sakit perut bisa berarti kanker perut 
dan ulkus. Urin yang  berwarna  kemerahan bisa berarti kanker ginjal dan
 infeksi ginjal. Atau hasil tes   darah yang positif pada tinja 
menunjukkan berbagai kemungkinan gangguan   pencernaan. Oleh karena itu,
 tindakan biopsi dapat digunakan untuk  membantu  menegakkan diagnosis 
mengenai kanker.
Biopsi merupakan suatu tindakan pengangkatan jaringan (spesimen)  
dalam jumlah  yang kecil untuk dilakukan pengamatan mikroskopik.[2] 
Spesimen dapat diambil dari sekitar sel yang diduga mengalami kanker  
(jika  berada di permukaan tubuh) atau menggunakan teknologi pencitraan 
 apabila lokasi  jaringan berada di dalam tubuh. Setelah itu dilakukan  
pemeriksaan histopatologik,  untuk menentukan jenis kanker serta  
metastasis kanker, dan pengukuran derajat  kanker, meliputi grading dan 
staging
1.   Grading merupakan penilaian terhadap seberapa  
besar perkembangan  (diferensiasi) dari tumor atau neoplasma, jumlah  
mitosis di dalam tumor, serta  derajat perbedaan antara sel kanker dan  
sel normal.[3] Grading (disimbolkan G) membagi diferensiasi sel kanker 
sebagai berikut:[4]
| G-X | Tidak bisa dinilai | 
| G-1 | Grade rendah | Diferensiasi baik | 
| G-2 | Grade menengah | Diferensiasi menengah | 
| G-3 | Grade tinggi | Diferensasi buruk | 
| G-4 | Anaplastik | Anaplastik | 
2.   Staging merupakan suatu penilaian yang mampu  
mendeskripsikan  seberapa jauh kanker telah menyebar. Hal-hal yang  
menjadi pertimbangan dalam  staging adalah ukuran tumor/lesi primer,  
seberapa dalam penetrasi tumor tersebut,  invasi terhadap organ di  
sekitarnya, luas penyebaran ke kelenjar getah bening  regional, serta  
organ yang berada jauh dari tumor primer namun ikut terkena  kanker  
(apabila ada). Pada umumnya staging menggunakan dua metode, yaitu metode
   TNM (Tumors, Nodes, Metastases) dan metode AJC (American Joint  
Committee).
a.    Pada metode TNM, T menjelaskan ukuran tumor, N menjelaskan  
keterlibatan  kelenjar getah bening regional, dan M menjelaskan ada  
tidaknya metastasis. T1,  T2, T3, dan T4 menunjukkan ukuran lesi primer 
 yang semakin besar. N0, N1, N2,  dan N3 menunjukkan keterlibatan  
progresif kelenjar getah bening, sedangkan M0  dan M1 menunjukkan ada  
dan tidak adanya metastasis.[5]
b.   Pada metode AJC, kanker dibagi menjadi stadium 0 sampai IV,   
menggabungkan ukuran lesi primer, keterlibatan kelenjar getah bening,  
dan  metastasis.[6]
Diagnosis Kanker
Beragam cara dapat digunakan untuk membantu dalam menegakkan  
diagnosis  kanker/tumor. Pemeriksaan yang paling sederhana sekaligus  
paling awal adalah  dengan metode anamnesis, kemudian berlanjut ke  
pemeriksaan klinik menggunakan  berbagai metode yang telah ditemukan.
1.         Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan  
mengenai  sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada)  
yang akan dicatat  dalam rekam medik. Selain itu hal-hal seperti rekam  
medik yang terdahulu,  kepribadian, dan aspek psikososial pasien juga  
harus dicatat. Kemudian dilakukan  pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik 
 dapat digolongkan menjadi pemeriksaan  kepala, mata, telinga, hidung,  
tenggorokan (kelimanya lazim disingkat HEENT),  sistem pernapasan,  
urogenital, dan sistem lainnya. Pemeriksaan fisik meliputi  pemeriksaan 
 subjektif dan objektif Pemeriksaan subjektif merupakan pemeriksaan  
yang  menggunakan metode seperti melihat atau palpasi untuk menentukan 
ukuran  dan  lokasi suatu kelainan tertentu. Adapun pemeriksaan objektif
  menilai hal-hal  seperti tekanan daarah, detak jantung, temperatur, 
dan  lain-lain. Semua data  yang didapat harus dicatat dalam rekam 
medik.[7]
2.         Tes laboratorium
- Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes    
laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan  
  empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang.
- Blood Urea Nitrogen (atau disingkat BUN), yaitu tes yang digunakan  
untuk   mengevaluasi fungsi ginjal dalam spektrum yang luas, membantu  
mendiagnosis   kelainan pada ginjal, dan memantau pasien dengan  
kelainan/kegagalan ginjal   yang akut/kronik
- Complete Blood Count (atau disingkat CBC), merupakan tes  
menganalisis   darah secara keseluruhan, meliputi sel darah merah, sel  
darah putih,   hemoglobin, dan hematokrit. Tujuannya adalah untuk  
membantu diagnosis   mengenai penyakit-penyakit darah, termasuk di  
antaranya kanker darah.
- Fecal Occult Blood Test (atau disingkat FOBT), yaitu tes untuk    
mendeteksi dini adanya kanker kolon. Selain itu juga dapat digunakan  
untuk   mendeteksi tanda-tanda dari penyakit anemia.
- Urinalisis, yaitu alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi   
 substansi asing/material sel yang terdapat pada urin terkait dengan    
abnormalitas metabolik atau kelainan ginjal.[8]
3.         Penanda tumor (tumor marker).
- Acid phospatase. Enzim ini mengalami peningkatan sekitar 6% pada   penderita kanker prostat jinak.
- Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), yaitu indikator kortisol di  
dalam   tubuh. Kelebihan kortisol di dalam jaringan mengindikasikan  
adanya tumor   pada kelenjar hipofisis.
- ?-fetoprotein (AFP). Peningkatan kadar AFP dapat berarti kanker hati
   (hepatokarsinoma), kanker ovarium, tumor  testis dan ovarium, serta 
kanker   lainnya (perut, kolon, paru, limfoma)
- Bcl-2. Bcl-2 merupakan gen yang memiliki peran dalam menghambat    
terjadinya apoptosis. Peningkatan kadar Bcl-2 menunjukkan adanya sel  
ganas   (sel kanker) dihambat apoptosisnya dalam jumlah besar.
- Cancer antigen 15-3 (CA 15-3). Peningkatan kadar CA 15- 3 
menunjukkan   adanya kanker payudara, sirosis, dan kanker ovarium jinak.
- Cancer antigen 19-9 (CA 19-9). CA 19-9 merupakan antibodi monoklonal
    yang digunakan untuk melawan kanker kolon. Peningkatan kadar CA 19-9
    ditemukan pada 21-42% penderita kanker lambung, 20-40% penderita  
kanker   kolon, dan 71-93% penderita kanker pankreas.
- Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering   ditemukan peningkatan kadar CA 125.
- Cancer antigen 195. CA 195 digunakan sebagai penanda kanker   gastrointestinal.
- Cancer antigen 549. CA 549 digunakan sebagai penanda kanker payudara.
- Kalsitonin.  Peningkatan jumlah kalsitonin menunjukkan adanya 
hiperplasia   sel-C  atau kanker medula tiroid. Namun demikian 
pemeriksaan lain seperti    scan, biopsi, atau ultrasound tetap 
diperlukan untuk menegakkan  diagnosis.
- Catecholamines. Catecholamines digunakan untuk membedakan tipe sel   tumor; sangat berguna dalam mendeteksi tumor adrenal.
- Carcinoembryonic Antigen (CEA). CEA merupakan indikator yang mampu  
 mendeteksi adanya kanker kolorektal.  Selain itu juga dapat digunakan 
untuk   mendeteksi kanker medula tiroid  (MTC)
- C-erb B-2. C-erb B-2 sering diasosiasikan dengan perbesaran tumor,  
waktu   kambuh yang semakin singkat, serta peluang untuk bertahan hidup 
 yang semakin   sedikit.
- Chromogranin A. Dalam keadaan normal, konsentrasi Chromogranin A  
selalu   rendah. Sehingga peningkatan kadar Chromogranin A dapat  
digunakan sebagai   penanda tumor, namun tidak dapat dijadikan sebagai  
acuan untuk menentukan   letak dan jenis tumor tersebut.
- Epidermal Growth Factor Receptor (EFGR). Hasil EFGR yang negatif   menunjukkan prognosis yang semakin baik.
- Estrogen Receptor Assay (ERA). ERA merupakan penentu apakah suatu  
tumor   dapat diobati dengan terapi endokrin atau pengangkatan jaringan.
- Ferritin, yaitu suatu marker untuk mengetahui kadar besi dalam darah
- Gastrin. Peningkatan kadar gastrin dapat menunjukkan adanya  
gastrinoma,   namun tidak mampu menunjukkan besaran dan jumlah tumor.  
Bahkan tumor yang   kecil sekalipun dapat meningkatkan produksi gastrin 
 dalam jumlah yang besar.
- Glucagon. Glucagon digunakan untuk membedakan tumor sel-?. Kadar di atas   900 menunjukkan adanya glucagonoma.
- 5-Hydroxy-Indol Acetic Acid (5-HIAA). Digunakan dalam menganalisis  
urin.   Hasil tes yang menunjukkan kadar di atas 15 mg/24 jam  
menunjukkan adanya   tumor karsinoid ganas yang bisa terdapat di sistem 
 pencernaan.
- Human Chorionic Gonadotropin (HCG). HCG merupakan suatu glikoprotein
    yang diproduksi oleh sel syncytiotropoblastik dan digunakan sebagai 
 penanda   tumor. Semua tumor tropoblas gestatik memproduksi HCG. Selain
  itu,   peningkatan kadar HCG juga ditemukan pada kanker paru dan 
kanker    gastrointestinal. Namun hal ini jarang terjadi.
- ? subunit HCG. Digunakan sebagai penanda koriokarsinoma.
- Homovanilic Acid (HVA). Kadar HVA yang tinggi memicu terjadinya  
tumor   pensekresi Catecholamine seperti neuroblastoma, ganglioneuroma, 
 atau   feokromositoma.
- Lactic Dehydrogenase (LDH). Setiap tumor memproduksi LDH. Beragam  
kadar   dari isoenzim LDH dapat digunakan untuk mengetahui lokasi tumor 
 terjadi.
- Liver Function Test (LFT). Digunakan untuk mengukur enzim yang    
disekresikan oleh liver terkait dengan metastasis, sumbatan, dll.
- Neuron Specific Enolase (NSE). NSE merupakan isoenzim yang ditemukan
  di   otak dan jaringan neuroendokrin. NSE merupakan penanda  
imunohistokimia untuk   tumor sistem saraf pusat, neuroblastoma, dan  
tumor APUD.
- Pancreatic Polypeptide. Digunakan untuk mendiagnosis tumor sel ?   pankreas.
- Philadelphia chromosome (Ph1). Kehadiran kromosom abnormal Ph1 di  
sumsum   tulang merupakan dasar untk mendiagnosis leukemia myelogenik  
kronik.
- Placenta Alkaline Phospatase (PLAP). PLAP digunakan untuk membedakan   tumor yang berasal dari liver, tulang, atau sel germinal.
- Parathyroid hormeone like protein (PLP). Peningkatan kadar PLP merupakan   penanda kanker sel skuamosa dan kanker payudara.
- Progesterone Receptor Assay (PRA). PRA digunakan untuk menentukan  terapi   hormon atau pengangkatan jaringan pada kanker payudara.
- Proinsuline C-peptide. Digunakan untuk membedakan tumor sekresi   endokrin, apakah insulinoma atau tumor sel pulau Langerhans.
- Prostate Specific Antigen (PSA). PSA merupakan antigen yang sensitif
    terhadap keberadaan kanker prostat. Pertambahan kadar PSA 
berkorelasi  dengan   stage dan ukuran tumor.
- Vanilyllmandelic Acid (SMA). Digunakan untuk mendeteksi tumor  
pensekresi   Catecholamine seperti neuroblastoma atau ganglioneuroma.
- Squamous Cell Carcinoma (SCC). Digunakan untuk mendeteksi kanker kepala,   leher, atau paru.
- Thyroglobulin. Peningkatan kadar thyroglobulin digunakan untuk   mendeteksi tumor pada penderita kanker tiroid.
- Terminal Deoxynucleotidal Transferase (TDT). TDT digunakan untuk    
membedakan leukimia limfosit akut dari leukimia non limfosit, serta    
membedakan limfoma limfoblastik dari limfoma non-Hodgkin lainnya.
- Tissue Polypeptida Antigen (TPA). TPA digunakan untuk penanda kanker di   daerah ginekologik, kandung kencing, atau paru.
- Alpha subunit Thyroid Stimulating Hormone (?-TSH). ?-TSH digunakan  
 sebagai pembeda tumor pankreatik dari tumor-tumor lainnya.[9]
4.         X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan  
gelombang  lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang  
diperiksa. Hasil  pengukuran akan memberikan warna yang berbeda-beda  
pada bidang dua dimensi  bergantung kepada objek yang diukur: tulang  
akan memberikan warna putih,  jaringan akan memberikan warna keabuan,  
sedangkan udara memberikan warna hitam.[10]
5.         Pencitraan lain[11]
a.    Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah   
memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan  
menggunakan metode  pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara  
alamiah dihasilkan oleh tubuh.  Metode ini dapat digunakan untuk  
menentukan abnormalitas pada bagian tertentu  tubuh, termasuk tumor.
b.   Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan
  cara  memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Pada pemeriksaan 
PET  SCAN  menggunakan glukosa yang telah diberi radioaktif. Sel-sel 
kanker  (yang  berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah 
glukosa  lebih cepat/banyak  daripada sel-sel normal. Dengan demikian 
dapat  diperkirakan letak suatu tumor  dan metastasisnya.
c.    CT SCAN. CT SCAN merupakan alat diagnosis noninvasif yang  
digunakan  untuk mencitrakan bagian dalam tubuh. CT SCAN merupakan  
perpaduan dari X-ray dan  komputer  yang menghasilkan gambar potongan  
melintang (cross sectional) dari  bagian yang sedang diperiksa. CT SCAN 
 bekerja dengan prinsip yang hampir sama  dengan X-ray, yaitu dengan 
cara  memberikan gelombang, di mana sebagian gelombang  tersebut akan 
diserap  oleh bagian tubuh dengan porsi yang berbeda-beda dan  diukur 
oleh  komputer. Selanjutnya program komputer akan merekam hasil  
pemeriksaan  dan menuangkannya ke bidang dua dimensi.[12]
6.         Scanning radioaktif[13]
a.    Scintigrafi. Scintigrafi merupakan tes diagnostik menggunakan  
 radioisotop. Radioisotop akan dimasukkan ke dalam tubuh secara 
intravena  dan  kamera peka radioaktif digunakan untuk memetakan 
penampakan dua  dimensi sesuai  dengan pancaran radioisotop yang 
diberikan.[14]
a.    Scanning Gallium, yaitu metode dengan mengukur radioisotop Gallium 67  yang terkonsentrasi pada bagian tertentu di tubuh.
b.   Scanning Paratiroid/Saliva, yaitu metode untuk mendeteksi adanya
   sumbatan pada duktus kelenjar saliva dan keberadaan tumor pada  
kelenjar saliva.
c.    Scanning Tiroid. Scanning Tiroid merupakan scanning kelenjar  
tiroid  menggunakan substansi radioaktif yang dimasukkan secara oral  
atau intravena  kemudian direkam oleh kamera peka radioaktif.[15]
7.         Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi,  
dan  sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk  
memperlihatkan  abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan 
 merekam pola suara yang  dipantulkan oleh jaringan yang ditembakkan  
gelombang suara. Jenis-jenis  ultrasound antara lain  
abdominal-ultrasound (untuk mendiagnosis abnormalitas di  bagian  
abdominal), pelvis-ultrasound (untuk mendiagnosis abnormalitas di bagian
   pelvis), prostat-ultrasound (untuk mendiagnosis adenocarcinoma di  
dalam prostat  dan memastikan keutuhan kapsul prostat), renal-ultrasound
  (untuk mendiagnosis  abnormalitas di bagian ginjal dan pelvis 
renalis),  tiroid-sonogram (untuk  mendiagnosis abnormalitas di baigna 
tiroid),  dan testis-ultrasound (untuk  mendiagnosis kanker pada testis 
dan  memastikan keutuhan kapsul testikular).  [16]
8.         Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh  
menggunakan  alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya  
abnormalitas seperti  bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.  
Jenis-jenis endoskopi antara lain  bronkoskopi (endoskopi trakea, batang
  dan lobus bronkus untuk melihat invasi  pada esofagus atau paru  
menggunakan tabung yang dimasukkan dari mulut ke paru),  kolonoskopi  
(endoskopi sistem pencernaan menggunakan instrumen fiberoptik),   
kolposkopi (endoskopi vagina dan serviks), sistoskopi (endoskopi kandung
  kencing),  sistosuretroskopi (endoskopi kandung kencing dan uretra),  
duodenoskopi (endoskopi  usus dua belas jari), ERCP/Endoscopic  
Retrograde Cholangiopancreatography (endoskopi  kantung empedu dan  
pankreas), esofagus-gastro-duodenoskopi (endoskopi esofagus,  lambung  
dan usus dua belas jari), esofaguskopi (endoskopi esofagus), gastroskopi
   (endoskopi lambung), histeroskopi (endoskopi uterus), laparoskopi  
(endoskopi  abdomen), laringoskopi (endoskopi laring), mediastinoskopi  
(endoskopi  mediastinum), nasofaringoskopi (endoskopi faring dan  
nasofaring), peritoneoskopi  (endoskopi peritoneum), proctosigmoidoskopi
  (endoskopi sigmoid dan rektum),  sigmoidoskopi (endoskopi sigmoid),  
torakoskopi (endoskopi toraks), triple  endoskopi (endoskopi trakea,  
laring, faring, dan esofagus), dan ureteroskopi (endoskopi  pelvis dan  
ureter).[17]
9.         Pemeriksaan patologi
Pemeriksaan patologi masih merupakan baku emas dalam pemeriksaan  
kanker,  karena merupakan alat diagnostik terpenting yang harus  
dilakukan. Pemeriksaan  patologi adalah pemeriksaan sampel kecil sel di 
 bawah mikroskop untuk menentukan  apakah terdapat kanker dengan melihat
  abnormalitasnya (membandingkan sel yang  diamati dengan sel yang 
sehat).  Beberapa sifat kanker adalah adanya neoplasma,  pertumbuhan 
yang  invasif/infiltratif, pleomorfik, hiperkromatik, dan nekrosis (pada
   kanker ganas). Seseorang yang terspesialisasi untuk melakukan  
pemeriksaan  patologi disebut patologist.  [18] Beberapa contoh 
pemeriksaan patologis antara lain:
- Fractional curretage, yaitu pengikisan sedikit materi endoserviks  
dan   dan dinding korpus uterine untuk menentukan sumber keganasan pada 
 kanker   endometrium
- Pemeriksaan Pap Smear, yaitu pengikisan sedikit materi serviks untuk   dilakukan pemeriksaan sitologik.
- Toraksentesis, yaitu pengambilan sedikit cairan dari selapu pleura untuk   dilakukan pemeriksaan sitologik.
- CSF Studies, yaitu pemeriksaan cairan serebrospinal untuk memeriksa   keberadaan bakteri, jamur, atau sel-sel ganas.
- Parasentesis, yaitu pengambilan sedikit cairan dari rongga perut untuk   dilakukan pemeriksaan sitologik.
- dll.
 
 
 
 
          
      
 
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar